SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI

 


A. PENGERTIAN PSIKOLOGI

Menurut para ahli:
  1. Singgih Dirgagunarsa: psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
  2. Plato dan Aristoteles: psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
  3. John Broadus Watson: psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak (lahirlah) dengan menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsang dan jawaban (respon).
  4. Wilhelm Wundt: psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indera, pikiran, merasa (feeling) dan kehendak.
  5. Woodworth dan Marquis: psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu dari sejak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.
  6. Hilgert: psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dan binatang.
  7. Bimo Walgito: psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang jiwa yang dapat dilihat atau diobservasi perilaku atau aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi atau penjelmaan jiwa itu.
 
B. Mengapa mempelajari sejarah psikologi penting?

  1. Perspective, Melihat ide-ide dalam perspektif sejarah memungkinkan siswa untuk lebih menghargai materi pelajaran psikologi modern.
  2. Deeper Understanding, dengan adanya perspektif yang besar, maka pemahaman pun menjadi lebih dalam.
  3. Avoiding Repetition of Mistakes, kesalahan masa lalu dapat terulang karena kurangnya informasi sejarah.
  4. A Source of Valuable Ideas, dengan mempelajari sejarah, kita dapat menemukan ide-ide yang dikembangkan pada waktu sebelumnya.
  5. Curiosity, rasa ingin tahu tentang suatu topik termasuk sejarah psikologi menunjukkan ketertarikan pada hal tersebut.
C. Psikologi Menjadi Ilmu Sains
    Pada tahun 1879 Wundt mendirikan laboratorium psikologi yang pertama kali di Leipzig, Jerman yang dianggap sebagai pertanda berdiri sendirinya psikologi sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu induknya (filsafat dan faal). Psikologi telah berhasil menerapkan metode ilmiah yaitu pada psikologi eksperimen. Para psikolog juga mencoba membuktikan korelasi antara biokimia dan memori dan proses kognitif lainnya. 

D .Pengaruh Filsuf Masa Yunani Kuno
    Pada zaman ini, jiwa manusia sudah menjadi topik para filsuf. Ilmu psikologi masih termasuk ke dalam bagian ilmu filsafat dan belum menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu Psikologi belum memiliki pembuktian secara empiris, melainkan hanya berdasarkan argumentasi logis belaka yang bersifat subjektif. Dimana pada zaman itu masih meyakini sihir dan adanya keingintahuan keberadaan manusia. 
 Adapun para ahli filsafat kuno yang sudah memikirkan jiwa dan gejala-gelanya sebagai berikut:

1. Socrates (470-399 SM)    : Merupakan sebagai bapak filosofi barat.Socrates menggunakan metode dialektika atau teknik maeutics ( perbincangan dengan orang) dari hasil perbincangan itulah muncul ide-ide atau gagasan yang terbentuk. Socrates menekankan perhatiannya pada bidang moralitas dan etika. Dia menganggap bahwa manusia cenderung menjadi baik dan bahwa setiap perbuatan buruk adalah hasil dari ketidaktahuan. Dia percaya bahwa kebaikan, cinta, dan etika didasarkan pada definisi universal.

2. Plato (429-347 SM)        : Merupakan murid Socrates dan guru Aristoteles. Plato berpendapat bahwa dunia kejiwaan berisi ide-ide yang berdiri sendiri terlepas dari pengalaman hidup sehari-hari. Dia meyakini bahwa jiwa tidak bisa mati, dan tak berwujud , serta terperangkap sementara di tubuh manusia. Plato juga meyakini bahwa manusia punya keistimewaan masing-masing. Terdapat 3 jenis kemampuan jiwa, yaitu kemampuan berpikir yang berada di sekitar kepala, kemampuan merasa yang berada di sekitar dada, dan kemampuan menghendaki yang berada di sekitar perut.

3. Aristoteles ( 368-322 SM)    :Meyakini segala sesuatu yang berbentuk kejiwaan harus menempati suatu wujud tertentu. Di dalam bukunya De Anima dijelaskan 3 macam jiwa, yaitu :
  • anima vegetativa (jiwa tumbuh-tumbuhan) yang memiliki tingkah laku tingkat vegetativ seperti bernapas, makan, dan tidur.
  • anima sentativa ( jiwa hewan) yang memiliki tingkah laku vegetatif dan sensitif yaitu memiliki perasaan.
  • anima intellectiva (jiwa manusia) yang memiliki tingkah laku vegetatif, sensitive,rasional, dan bertingkah laku menggunakan akal.
Aristoteles membagi fungsi jiwa menjadi kemampuan untuk mengenal dan kemampuan berkehendak


Selain filsuf diatas, terdapat beberapa filsuf lainnya. Namun, filsuf ini tidak terlalu membahas tentang jiwa.
1. Thales (± 625-545 SM) : dunia berasal dari air
2. Anaximandros (± 610-540 SM) : segala sesuatu berasal dari “yang tak terbatas” (aperion).
3. Anaximenes (± 585-525 SM) : alam berasal dari udara
4. Pythagoras (± 500 SM) : segala sesuatu adalah bilangan.
5. Xenophanes (± 570-± 480 SM) : melihat kesatuan sebagai asas segala kenyataan yang ada.
6. Herakleitos (± 500 SM) : segala sesuatu “mengalir” dan segala sesuatunya berubah atau tidak ada satupun hal dialam semesta yang bersifat permanen.
7. Parmenides (± 515 – 440) : segala sesuatu bersifat tetap atau tidak ada yang berubah.

E.   Pengaruh Filsuf Setelah Aristoteles

1. Skeptisisme dan Sinisme
   a. Skeptisisme
        Pyrrho dari Elis, yang dikenal sebagai pendiri sekolah skeptisisme, target utama serangan skeptis adalah dogmatisme. Bagi mereka, seorang dogmatis adalah siapa pun yang mengaku telah sampai pada kebenaran yang tak terbantahkan. Baginya tidak ada yang bisa diketahui dengan pasti.
   b. Sinisme
        Sinisme didirikan oleh Antisthenes yang merupakan pendamping Socrates. Tokoh sinis yang juga terkenal adalah Diogenes dari Sinope. Antisthenes mengajarkan filosofi back-to-nature yang melibatkan kehidupan yang bebas dari keinginan, nafsu, dan gairah. Dia berpikir bahwa kebahagiaan sejati tergantung pada kemandirian. Itu adalah pencarian untuk kehidupan alami yang sederhana, independen, yang menjadi ciri sinisme.

2. Epicureanisme dan Stoicisme
  a. Epicureanisme
       Epicurus dari Samos mendasarkan filsafatnya pada atomisme Democritus tetapi menolak determinismenya. Menurut Epicurus, atom-atom yang membentuk manusia tidak pernah kehilangan kemampuan mereka untuk bergerak bebas.
   b. Stoicisme
       Zeno dari Citium, pendiri Stoicisme, mengklaim bahwa kehidupan yang baik melibatkan hidup selaras dengan alam, yang dirancang sesuai dengan rencana Tuhan. Kaum Stoa percaya bahwa hidup sesuai dengan alam adalah kebajikan tertinggi.

3. Neoplatonisme
   a. Philo
       Philo, yang dijuluki Plato Yahudi, Philo mengambil catatan Alkitab tentang penciptaan manusia sebagai titik awal filsafatnya. Dari catatan itu, dikatakan bahwa tubuh manusia diciptakan dari bumi tetapi bahwa jiwa manusia adalah bagian dari Tuhan sendiri.
   b. Plotinus
        Seperti semua Neoplatonis, Plotinus mengajarkan bahwa hanya dengan merenungkan isi jiwa seseorang dapat merangkul kebenaran abadi dan abadi yang tidak berubah.

4. Emphasis on Spirit
   a. Jesus
       Yesus mengajarkan bahwa pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat diwahyukan oleh Tuhan.
   b. St. Paul
         St Paulus mengklaim bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan dengan demikian mendirikan agama Kristen.
   c. Kaisar Konstantinus
       Pada tahun 313, Kaisar Konstantinus menjadikan kekristenan sebagai agama yang ditoleransi di Kekaisaran Romawi, dan di bawah kepemimpinannya berbagai versi Kekristenan yang ada pada saat itu diubah menjadi seperangkat dokumen dan kepercayaan standar.
   d. St. Augustine
        St Agustinus mengatakan bahwa manusia dapat mengenal Tuhan melalui introspeksi intens. Dia menjelaskan kejahatan sebagai hasil dari manusia memilih kejahatan daripada kebaikan, manusia menjadi bertanggung jawab atas nasib mereka sendiri, dan rasa bersalah pribadi menjadi sarana penting untuk mengendalikan perilaku. Augustinus berpendapat bahwa jiwa mempunyai tiga tugas pokok yaitu mengingat, mengerti, mau.

5. Abad Kegelapan (Dark Ages)
Beberapa sejarawan menandai awal dari bagian Abad Pertengahan yang dikenal sebagai Abad Kegelapan dengan penjarahan Roma oleh Visigoth pada tahun 410 M dan kematian Agustinus pada tahun 430 M, serta pengunduran diri kaisar Romawi terakhir pada tahun 476M. Pada masa ini, budaya Islam berkembang di seluruh Eropa. Cendekiawan Muslim dan Yahudi menerjemahkan karya-karya para filsuf Yunani dan Romawi dan menggunakannya untuk membuat kemajuan besar dalam kedokteran, sains, dan matematika.

6. Pengaruh Islam Yahudi
   a. Aviecenna
       Avicenna telah menghafal Al-Qur'an pada usia 10 tahun. Dia menjadi dokter sebelum dia berusia 20 tahun, dan sebagai orang dewasa muda dianggap yang terbaik dari dokter Muslim. Dia menulis buku tentang banyak topik, termasuk kedokteran, matematika, logika, metafisika, teologi Islam, astronomi, politik, dan linguistik. Dalam sebagian besar karyanya ia berkonsentrasi pada karya-karya Aristoteles, menerjemahkan dan memperluas, serta mencoba untuk membuat karya tersebut kompatibel dengan Islam.    
   b. Averroes
        Menurut Averroes, semua pengalaman manusia mencerminkan pengaruh Tuhan. Namun, hampir dalam semua hal, Averroës setuju dengan Avicenna, dan dia juga pada dasarnya adalah seorang Aristotelian.
   c. Maimonides
       Selain menjadi alkitabiah juag merupakan seorang dokter yang mengantisipasi kekhawatiran modern dengan psikosomatik dengan menunjukkan hubungan antara etika hidup dan kesehatan mental.

7. Rekonsiliasi Iman dan Nalar Kristen
   a. St. Anselm
       St. Anselm berpendapat bahwa persepsi dan akal dapat dan harus melengkapi iman Kristen. Baginya akal sebagai sarana untuk memahami Tuhan.
  b. Lombardia
      Bagi Lombardia, ada tiga cara untuk belajar tentang Tuhan, yaitu iman, akal, dan mempelajari dunia empiris.

8. Skolatisisme
   a. Peter Abelard
       Peter Abelard memperkenalkan metode studi yang menjadi ciri periode skolastik yaitu metode dialektikanya.
   b. St. Albertus Magnus
       St. Albertus Magnus adalah salah satu filsuf-teolog Barat pertama yang merangkul karya Aristoteles. Magnus mempresentasikan pandangan Aristoteles tentang sensasi, kecerdasan, dan ingatan kepada para sarjana gereja dan berusaha menunjukkan bagaimana kekuatan rasional manusia dapat digunakan untuk mencapai keselamatan.
   c. St. Thomas Aquinas
       Pandangan Aquinas tentang jiwa, “Jiwa dan raga mempunyai hubungan yang pasti” : ragam menghadirkan matter, dan jiwa menghadirkan form. Pemikiran Aquinas dibagi menjadi dua jalur : jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir pada Tuhan, dan jalur iman yang dimulai dari Tuhan didukung oleh akal.

9. William dari Occam
William dari Occam seorang biarawan Fransiskan kelahiran Inggris. Beliau dikenal dengan prinsip “Pisau Occam”. Pisau Occam adalah sebuah prinsip yang dalam menjelaskan sesuatu tidak perlu membuat sebuah asumsi, dengan kata lain penjelasan harus selalu dibuat sesederhana mungkin.

10. Sebelum Masa Renaissans
Selama abad 14 dan 15, filsafat masih membahas agama. Hal ini menimbulkan 2 golongan yaitu yang percaya dan tidak percaya. Pada masa ini banyaknya orang-orang percaya sihir, takhayul dan lainnya.

F. Permulaan Sains Modern
    Sains modern mulai berkembang pada abad pertengahan periode abad ke-14 dan ke-18 era ini dikenal sebagai masa Renaissance (Rebirth) Renaissance berasal dari bahasa Perancis, berarti kelahiran kembali peradaban dan kebudayaan eropa,setelah lebih dari 600 tahun berada di masa kegelapan (Dark Ages ) yang didominasi oleh mististime, takhayul, dan anti- intelektualisme.
Bangsa eropa mulai kembali ke metode penelitian yang lebih berpikiran terbuka (Open Minded) .
mulai secara bertahap beralih dari yang sebelumnya berpusat penuh kepada Tuhan menjadi berpusat pada manusia.
Pada masa inilah mulai terbentuk berbagai pemikiran baru seperti humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme    

1. NICOLAUS COPERNICUS (1473-1543)

lahir di Torun sebuah kota di Polandia. Dalam bukunya, The Revolutions of the Heavenly Spheres . Ia mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (Heliosentrisme). Pendapat ini bertentangan dengan pendapat Hipparchus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisisme).

Teori heliosentris tidak ada bukti ilmiah yang akurat. Satu- satunya pembenaran untuk menerima teori heliosentris ini pemaparan fakta-fakta astrologi yang diketahui ke dalam tatanan matematika yang lebih sederhana dan lebih harmonis.

2. JOHANNES KEPLER ( 1571-1630)

lahir di Jerman pada 27 Desember 1571 . Awalnya belajar untuk menjadi pendeta di Lutheran namun, ia tidak dapat menerima doktrin Lutheran lalu beralih ke studi matematika dan astronomi.

Kepler memiliki seorang guru yang Bernama Michael Maestlin yang mendorongnya untuk mengevaluasi secara kritis tentang astronomi yang dikemukakan oleh Ptolemaic dan Copernicus

Kepler memutuskan untuk merangkul teori Copernicus dengan dua alasan, yaitu: Pertama, Kepler adalah seorang Platonis yang mencari harmoni matematika sederhana yang menggambarkan alam semesta. Kedua, Kepler adalah seorang pemuja matahari dengan demikian ia tertarik pada martabat matahari yang lebih tinggi yaitu sebagai pusat alam semesta

Menurut Kepler semua gerakan planet yang berbeda dapat dijelaskan dengan satu pernyataan matematis. lintasan planet-planet mengelilingi matahari berbentuk elips daripada melingkar (seperti yang diyakini Copernicus). Dia mengamati bahwa kecepatan sebuah planet berbanding terbalik dengan jaraknya dari matahari, sehingga mengantisipasi konsep gravitasi Newton

3. GALILEO GALILEI (1564-1642)

lahir di Pisa, Italia pada 15 Febuari 1564 meninggal di umur 77 tahun di Arcetri, Toscana, 8 Januari 1642.Semasa hidupnya Galileo yang bresenjatakan teori pitagoras. Galileo sangat mendukung teori dari Copernicus sehingga ia membuat buku yang menghancurkan semua argument yang menentang teori Copernicus. Galileo berhasil menyempurnakan teleskop dan melakukan berbagai macam pengamatan astronom serta berhasil menemukan 3 satelit alami Jupiter -Io, Europa, dan Callisto- pada 7 Januari 1610 serta menemukan ganymede.Ia menyimpulkan bahwa keempat benda tersebut mengorbit planet. Galileo juga orang pertama yang menyatakan bahwa terdapat gunung dan lembah di bulan. Dia kemudian memberi kesimpulan bahwa bulan itu "kasar dan tidak rata,seperti permukaan bumi sendiri", tidak seperti anggapan Aristoteles yang menyatakan bulan yaitu bola sempurna

4. ISSAC NEWTON (1642-1727)

Lahir pada 25 Desember 1642, Woolsthorpe, England. 

Karya terbesar Newton yang dianggap buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains adalah “The Mathematical Principles of Natural Filsafat” (1687/1995). Seperti Galileo, Newton memahami alam semesta sebagai mesin yang kompleks yang diciptakan tuhan

Newton mengembangkan kalkulus diferensial dan integral (Leibniz membuat penemuan yang sama secara independen), mengembangkan hukum gravitasi universal, dan melakukan pekerjaan perintis di bidang optik. Newton menciptakan konsepsi alam semesta yang berlaku dalam fisika dan astronomi selama lebih dari dua abad,hingga Einstein merevisinya.


KESIMPULAN


Sehingga dapat kita simpulkan bahwa sejarah psikologi dapat dibagi dalam dua pembagaian yaitu psikologi sebelum menjadi ilmu sains dan psikologi setelah menjadi ilmu sains.

Psikologi sebelum menjadi ilmu sains merupakan bagian dari ilmu filsafat atau ilmu faal dimana belum empiris dan tidak ada metode ilmiah. Pada saat itu hanya dilandaskan pemikiran para filsuf saat itu. Filsuf yang membahas jiwa, yaitu Socrates, plato, dan Aristoteles. Hingga pada tahun 1871, berdirinya laboratorium di jerman yang didirikan oleh Willhelm Wundt yang berdasarkan eksperimen dan metode ilmiah. Sehingga pada saat inilah psikologi disebut sebagai ilmu sains dan menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu psikologi semakin berkembang setelah Aristoteles banyak paham- paham baru yang muncul seperti sinisme, skeptisisme , dan sebagainya. Pada saat Eropa berada di masa Dark ages, wilyah timur sudah memiliki perkembangan pesat bahkan, terdapat rumah sakit jiwa pertama di baghdad pada kekhalifahan Abbassiyah. Dan setelah renaisanss, barulah pada Bangsa Eropa membahas tentang psikologi. Dimana Bangsa Eropa menggunakan metode penelitian yang lebih terbuka dan tidak seperti dahulu yang menggunakan mistisme dan takhayul. Dimana pada saat itu, muncul pemikiran baru seperti humanisme, individualisme , dan sebagainya. Hingga pada zaman sekarang psikologi merupa ilmu sains yang terus berkembang oleh para psikolog.

Comments

Popular posts from this blog

Aliran Empirisme, Aliran Sensasionalisme, dan Aliran Positivisme

PENGANTAR DAN KLASIFIKASI BIDANG PSIKOLOGI

Perspektif Biologis dari Proses Mental